PEKALONGAN, KOMPAS.com - Jika Anda pencinta durian, tak ada salahnya untuk mencoba durian lokal yang ada di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Bulan Januari merupakan waktu panen bagi para petani durian di Desa Lemahabang, Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Daerah ini merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Pekalongan yang merupakan penghasil durian lokal terbaik di Jawa Tengah, selain Rogoselo dan Talun.
Anda perlu mencoba durian lokal ketan dan matahari yang rasanya membuat lidah bergoyang.
Misalnya saja durian matahari yang dijual di kebun milik Wasro (50) di Desa Lemahabang.
Durian matahari merupakan durian langka dan hanya Wasro yang berhasil membudidayakan.
Sehingga ketika pembeli menanyakan varian durian tersebut, langsung diajaknya untuk memilih sendiri durian sudah matang lalu langsung makan di kebunnya.
Daging tebal dan manis
Durian matahari ini asalnya dari Jawa Barat. Dinamakan matahari karena dagingnya kuning seperti pancaran sinar matahari dan berbiji kecil.
"Manis sekali terlihat dari warna kuningnya, enak. Ini benar-benar istimewa duriannnya. Enggak sia-sia makan di kebun milik Pak Wasro, jauh jalan kakinya," kata Susilo (45), seorang pembeli asal Pekalongan, Kamis (16/1/2020).
Harga untuk satu kilo durian matahari dibendrol Rp 75.000.
Durian matahari rata-rata berbobot 2 kg sampai 3 kg.
Pohon durian matahari tumbuh dengan tinggi maksimal 3 meter dan 4-5 tahun baru bisa berbuah.
"Spesialnya lagi, durian matahari baunya tidak menyengat. Jadi kalau dibawa di dalam mobil tidak terlalu bau durian," ucap Susilo.
Durian Ketan
Selain durian matahari, di daerah ini juga terkenal dengan durian ketan.
Durian ini asli dari Desa Lemahabang.
Tak harus makan di kebun, tapi bisa langsung masuk ke rumah petani sekaligus pedagang durian yang sudah disiapkan untuk dibelah.
Durian lokal asli desa ini jika dibuka dagingnya berwarna putih kekuningan, berdaging tebal serta baunya yang menyengat begitu menggugah selera.
Kenikmatan durian ketan dirasakan Ratna Noviana (23), warga Kecamatan Wiradesa.
Ratna mengatakan, lebih memilih durian ketan karena rasa manisnya yang melekat di mulut.
"Mungkin karena melekat di mulut warga menyebutnya durian ketan, harganya juga standar tidak terlalu mahal," kata Ratna.
Bobot durian ketan hampir sama dengan durian matahari, sekitar 2-3 kilogram.
Di wilayah ini, stok durian ketan melimpah karena sudah banyak yang membudidayakan khususnya di desa tersebut.
Salah satu petani durian dan ketan, Wasro mengatakan, dia memiliki beberapa hektar lahan yang dijadikan kebun durian.
Di bulan panen seperti sekarang ini, rumahnya selalu ramai dengan masyarakat yang ingin mencoba durian lokal Lemahabang maupun matahari.
"Kalau musim panen seperti ini ya puluhan sampai ratusan butir terjual. Selain lokal seperti ketan, sebenarnya ada satu lagi yaitu manalagi, tapi belum panen," ujar Wasro.
Wasro menyajikan durian asli lokal dari pohon di desanya. Sehingga masyarakat tidak
khawatir dengan rasanya.
Wasro kini lebih memilih membudidayakan durian lokal seperti ketan dan matahari karena banyak penggemarnya.
"Sudah banyak petani lain yang membeli bibit durian matahari dan ketan. Saya kira dua sampai tiga tahun lagi. Desa Lemahabang ini akan terkenal durian lokalnya," ujar Wasro.
"lokal" - Google Berita
January 16, 2020 at 04:30PM
https://ift.tt/2u9bES8
NIkmatnya Durian Lokal Asli Pekalongan, Berwarna Kuning, Daging Tebal hingga Melekat di Mulut Halaman all - KOMPAS.com
"lokal" - Google Berita
https://ift.tt/2nu5hFK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "NIkmatnya Durian Lokal Asli Pekalongan, Berwarna Kuning, Daging Tebal hingga Melekat di Mulut Halaman all - KOMPAS.com"
Post a Comment