Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk mengatakan kebutuhan garam industri pada 2020 sekitar 3,8 juta ton sampai 4 juta ton. Para industri pengguna garam masih mengutamakan garam impor untuk memenuhi kebutuhan produksi mereka.
"Yang dibutuhkan itu kualitas sama harga. Kalau lokal memenuhi ya lokal tapi sementara ini masih diimpor," kata Tony kepada CNBC Indonesia, Senin (13/1
Ia mengatakan harga garam impor jauh di bawah harga garam lokal. Sedangkan kualitasnya memenuhi kebutuhan industri dengan spesifikasi NaCL di atas 97%. Sedangkan garam rakyat yang diproduksi di Indonesia hanya memiliki kandungan NaCl sebesar 81%-96%,
"Beda cukup jauh, dari luar (impor) kan bisa Rp. 400/Kg ya, dalam negeri Rp500-600/kg," katanya.
Tony mengatakan persoalan garam lokal yang utama yang menjadi konsen industri bukan hanya harga, tapi kualitasnya. "Bukan itu (masalah harga) sebenarnya. Concern utama pada kualitas," katanya.
Menurutnya, bila harga garam lokal bersaing, kualitas bagus dan tersedia stoknya pasti akan diserap oleh industri. Hal ini menepis pernyataan Sekretaris Jenderal Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (Sekjen A2PGRI) Faisal Badawi, yang sempat mengatakan bertambahnya alokasi garam impor pada tahun ini akan semakin memukul harga garam, karena stok berlimpah. Faisal memperkirakan akan ada kelebihan stok 2 juta ton garam petani.
"Melimpah dimana? Melimpah dimana? makanya perlu dicek di mana barangnya," tanya Tony.
(hoi/hoi)
"lokal" - Google Berita
January 13, 2020 at 04:25PM
https://ift.tt/2tSzaTe
Industri Doyan Garam Impor: Lokal Mahal & Kualitas Rendah! - CNBC Indonesia
"lokal" - Google Berita
https://ift.tt/2nu5hFK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Industri Doyan Garam Impor: Lokal Mahal & Kualitas Rendah! - CNBC Indonesia"
Post a Comment