Peningkatan gairah usaha sepatu merek lokal didorong oleh berbagai pameran di dalam negeri sedangkan popularitasnya dapat dipantau lewat Google Trends. Merek Ventela yang populer dicari di Google Trends ditantang untuk mengonversi popularitasnya menjadi tindakan pembelian.
Empat tahun terakhir, industri sepatu sneaker dalam negeri semakin meningkat dengan berbagai merek baru yang bermunculan. Sebelum tahun 2010, sudah muncul beberapa merek, seperti Piero, Warrior, League, Compass, maupun Kodachi. Sesudah itu, muncul merek-merek lain, seperti Nah Project, Ventela, Brodo, maupun Geoff Max yang didirikan pada periode 2010 hingga kini.
Peningkatan gairah pelaku usaha sepatu merek lokal (sepatu lokal) dapat dilihat, salah satunya, dari peningkatan keikutsertaan mereka dalam ajang pameran dan pasar sepatu, seperti Urban Sneaker Society (USS) maupun Jakarta Sneaker Day (JSD).
Pada saat digelar pertama kali pada 2016, USS yang juga digagas oleh salah satu pemilik merek lokal tersebut mampu menyedot 15.000 pengunjung. Dukungan terhadap perkembangan merek lokal semakin terasa dalam tiap gelaran hingga terakhir pada USS 2019. Saat itu, USS mengampanyekan konsep brand is brand sebagai penegasan bahwa merek lokal setara dengan merek luar.
Dukungan terhadap perkembangan sneaker lokal juga muncul dalam pameran JSD. Yang paling mencolok, tampak perkembangan keikutsertaan para pemilik merek lokal dari tahun ke tahun.
Pada gelaran JSD pertama kali tahun 2017, hanya sepuluh persen sepatu merek lokal yang ikut menyemarakkan JSD. Angka tersebut meningkat pada JSD tahun 2019. Saat itu, merek lokal yang berpartisipasi mencapai 50 persen.
Munculnya pameran sneaker menjadi salah satu dukungan nyata dalam kompetisi serta kolaborasi sepatu merek lokal. Keikutsertaan sepatu merek lokal merupakan usaha untuk mendapatkan atensi dari publik dalam negeri. Mereka berusaha membangun kesadaran merek (brand awarness) dari khalayak Indonesia.
Kesadaran merek merujuk pada pengenalan sebuah merek oleh konsumen, atau secara umum oleh publik. Konsumen dikatakan memiliki kesadaran merek jika mengetahui merek tertentu dan mengetahui produknya secara spesifik.
Bagaimana perkembangan popularitas merek sepatu lokal di Indonesia? Merek apa saja yang mencuri perhatian publik Indonesia?
Diluncurkan setelah 2010
Salah satu cara untuk memantau kesadaran sebuah merek adalah memanfaatkan Google Trends. Piranti yang disediakan dalam versi gratis maupun berlangganan dari Google ini memperlihatkan tren pencarian di seluruh dunia yang pernah dicari melalui mesin pencari Google.
Data pencarian yang diamati melalui Google Trends dapat dijadikan indikator untuk memantau popularitas produk atau merek sepatu lokal Indonesia. Pengamatan dilakukan dengan melakukan beberapa pembatasan. Pertama, pembatasan wilayah pencarian, yakni Indonesia. Kedua, pembatasan waktu pencarian, yakni dalam 12 bulan terakhir, atau Februari 2019 hingga Februari 2020.
Untuk lebih memfokuskan pencarian, dipilih hanya merek-merek sepatu yang diluncurkan dalam sepuluh tahun terakhir. Sebagai titik awal, dipilih tahun 2020.
Selain itu, merek sepatu lokal yang dipilih adalah merek yang memproduksi sepatu tanpa skema edisi terbatas. Skema penjualan pre order termasuk dalam kriteria karena tidak membatasi jumlah pembelinya.
Dari batasan di atas, ditemukan empat merek yang akan menjadi fokus perbandingan, yakni Ventela, Brodo, NAH Project, dan Geoff Max.
Kesadaran merek
Berdasar data dari Google Trends, pola paling menonjol tampak dari popularitas sepatu merek Ventela yang mengalami lonjakan pada Oktober 2019. Hingga Februari 2020, tren pencarian kata kunci “Sepatu Ventela” terus meningkat menempati popularitas pada peringkat pertama dibanding tiga merek lainnya. Sepatu Brodo berada di urutan kedua, disusul Geoff Max, dan NAH Project.
Perbandingan tren pencarian di Google juga dilakukan pada periode tiga tahun pertama pasca merek diluncurkan. Brodo diperkenalkan tahun 2010, Geoff Max pada 2012, NAH Project dan Ventela diluncurkan pada tahun 2017.
Pada tiga tahun awal, sepatu Brodo berhasil meningkatkan popularitas paling awal dibanding tiga merek lainnya, yakni pada tahun pertama. Berbeda pola, popularitas NAH Project melejit pada tahun kedua, tetapi kemudian turun dan relatif stabil hingga awal 2020. Sepatu Geoff Max masih belum menjadi sepatu yang banyak dicari di Google pada tiga tahun berdirinya.
Pola yang hampir sama dialami oleh Ventela. Pencarian sepatu Ventela pada hampir tiga tahun pertama tidak menampakkan kenaikan berarti di Google Trends. Akan tetapi, pada akhir tahun 2019, Ventela langsung melejit menjadi sepatu lokal paling dicari di Google di wilayah Indonesia.
Model baru
Popularitas Ventela yang tampak di Google Trends pada Februari 2019 menunjukkan posisi terbawah. Baru pada Oktober 2019, popularitas Ventela meningkat tajam. Peningkatan ini bersamaan dengan momen-momen peluncuran sepatu model baru oleh Ventela.
Pada akhir tahun 2019 hingga awal 2020 Ventela merilis tiga model sepatu, yakni Ventela Back to 70’s, Ventela Public, dan Ventela Retro 77. Menurut informasi dari akun Instagram resmi Ventela, pada bulan Oktober 2019 diluncurkan sepatu Ventela Back to 70’s. Yang menarik, waktu peluncuran model baru tersebut juga dibarengi dengan menanjaknya pencarian informasi tentang sepatu Ventela di Google.
Sangat mungkin, Ventela menggunakan berbagai strategi di dunia maya untuk mendongkrak kesadaran publik terhadap peluncuran berbagai model sepatu barunya. Atau malah sebaliknya, peluncuran model baru sepatunya memang sedemikian dinanti oleh publik sehingga meramaikan popularitasnya di dunia maya.
GOOD DAY, IT’S PAY DAY!
Momen gajian kali ini semakin spesial dengan Promo Good Day, It’s Pay Day! Ada diskon hingga 30% untuk beragam produk pilihan Kompas.
Mengingat terbatasnya data yang diketahui terhadap strategi kampanye Ventela di dunia maya, analisis kemudian difokuskan pada detail dan bentuk produk baru Ventela.
Bila dilihat lebih detail, siluet sepatu model baru Ventela Back to 70’s serupa dengan sepatu bikinan AS, yakni Converse. Sepatu yang diperkenalkan oleh William Ventela ini dilabeli dengan sebutan premium canvas shoes.
Harga jual ritel Ventela Back to 70’s mulai 175 hingga 270 ribu rupiah. Harga sepatu merek ini bervariasi sesuai dengan ragam model yang ditawarkan, yakni low cut maupun high cut. Rata-rata, produk Ventela dijual pada kisaran 300 ribu rupiah. Dengan harga tersebut, sepatu Ventela dapat dijangkau oleh hampir semua kalangan di Indonesia.
Dibandingkan dengan harga sepatu Converse yang bersiluet serupa, harga sepatu Ventela hanya separuh dari harga Converse. Dengan model yang sama, rata-rata sepatu Convers dijual di Indonesia dengan harga sekitar 600 ribu rupiah. Dengan demikian, jumlah uang yang sama bisa untuk membeli dua sepatu Ventela.
Di luar strategi kampanye mereka di media sosial, kombinasi antara model yang memiliki siluet serupa dengan sepatu ternama yang sudah digandrungi dan harga yang merakyat, Ventela berhasil menjadi merek sepatu yang paling dicari di Indonesia sepanjang 2019.
Perpaduan Converse dan Vans
Nilai tambah dari pencarian tren di Google Trends adalah ketersediaan data tentang lokasi pencari informasi terbesar. Di Indonesia, dalam satu tahun terakhir, terdapat lima daerah yang paling banyak mencari tahu tentang sepatu Ventela, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Barat.
Berdasar sebarannya, pencari informasi sepatu Ventela di DI Yogyakarta sebesar 38 persen. Besarnya pencari informasi di suatu daerah dapat menjadi gambaran besarnya kerumunan orang yang penasaran dengan sepatu Ventela.
Analisis dapat lebih difokuskan dengan memperpendek jangka waktu pencarian saat detak pencarian sepatu Ventela di Google Trends mulai naik, yakni pada Oktober 2019 hingga Februari 2020. Pada saat itu, jenis sepatu Ventela yang paling dicari adalah sepatu Ventela Public dengan lokasi pencarian paling banyak di Lampung.
Pada akhir tahun 2019, Ventela langsung melejit menjadi sepatu lokal paling dicari di Google di wilayah Indonesia.
Lima daerah yang paling banyak mencari tahu soal Ventela Public adalah Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Di sisi lain, lima daerah pencari sepatu Ventela 70’s terbanyak berada di Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ketika disandingkan, popularitas pencarian sepatu Ventela Public lebih tinggi dibanding Ventela Back to 70’s. Ditilik dari bentuknya, Ventela Public dapat digambarkan sebagai perpaduan sepatu kanvas ala Converse dengan jazz stripe khas sepatu asal California, Vans.
Ventela telah merilis model penerus dari Ventela Public, yakni Ventela Retro 77. Model sepatu Retro 77 yang hampir mirip dengan sepatu Vans ini berbahan perpaduan kulit domba dan kanvas.
Bila dibandingkan ketiga model sepatu Ventela di atas, Ventela Public tetap menjadi model sepatu dengan peringkat pertama pencarian, disusul pencarian model Ventela 70’s dan Ventela Retro 77.
Peluang pasar digital
Popularitas pencarian informasi produk Ventela menjadi gambaran peluang bisnis sepatu merek lokal di negeri sendiri. Namun, perlu digarisbawahi bahwa kesadaran akan merek yang ditilik dari data pencarian Google tidak langsung berbicara tentang sentimen positif atau negatif, tetapi semata menggambarkan riuhnya pencarian terhadap sebuah merek.
Selain itu, popularitas sebuah merek di Google Trends tidak sama dengan tingginya minat untuk membelinya. Tantangan nyata bagi merek yang populer adalah mempertahankan popularitas sambil mengubahnya menjadi sebuah tindakan pembelian.
Melihat tren kenaikan popularitas sepatu pada tiga tahun pertama, kemungkinan besar sepatu Ventela masih akan menjadi merek sepatu dengan pencarian tertinggi di Indonesia pada 2020. Ventela sendiri menutup tahun 2019 dengan meluncurkan produk-produk yang direspons publik berdasar data tren pencarian di Google.
Popularitas yang tinggi tersebut dapat menjadi peluang bagi pendapatan yang juga tinggi mengingat pasar industri sepatu, terutama sneaker, yang diramalkan semakin tinggi pada 2020.
Tumbuhnya pemasaran sepatu produksi dalam negeri juga didorong oleh perkembangan dunia digital. Di pasar Indonesia, dari lima outlet belanja daring yang banyak dipilih masyarakat untuk membeli alas kaki, penjualan sepatu membukukan pendapatan sebesar 36 juta dollar AS pada 2018.
Di tingkat global, pendapatan industri alas kaki di Indonesia juga menunjukkan peningkatan. Data Statista mencatat, pendapatan industri tersebut naik dari 365 juta dollar AS pada 2017 menjadi 735 juta dollar AS pada 2019. Pasar tersebut diprediksi terus tumbuh hingga 964 juta dollar AS pada 2020.
Pengetahuan merek masyarakat pengguna Google terhadap Ventela sedang berada pada titik yang tinggi. Pertanyaannya adalah, apakah Ventela akan berhasil menggiring kerumunan untuk melakukan aksi, yakni membeli produk? Atau hanya sekadar heboh mencari dan tidak berdampak terhadap merek sepatu asal Bandung ini? (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?
"lokal" - Google Berita
February 29, 2020 at 07:00AM
https://ift.tt/2uFP5oH
Ventela dan Tantangan Popularitas Sepatu Lokal di Indonesia - kompas.id
"lokal" - Google Berita
https://ift.tt/2nu5hFK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ventela dan Tantangan Popularitas Sepatu Lokal di Indonesia - kompas.id"
Post a Comment