Search

Runut Kutuk Pengelolaan Festival Musik Lokal yang Buruk - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Bak kutukan, pengelolaan festival musik lokal yang buruk kembali terjadi di ujung dekade ini. Kegagalan ini semakin menjadi sorotan karena terjadi dalam jarak begitu rapat.

Adalah LaLaLa Fest 2019 yang diselenggarakan di hutan pinus, Cikole, Lembang, Jawa Barat, pada Februari lalu. Seakan tak belajar dari hujan kritikan dalam gelaran sebelumnya, LaLaLa Fest kali ini kembali runyam.

Sama seperti sebelumnya, lalu lintas dari Bandung menuju Lembang sangat macet menjelang penyelenggaraan acara. Kurang lebih membutuhkan waktu 4-7 jam untuk bisa sampai, padahal biasanya hanya butuh waktu 2 jam.

Tiga kali sudah LaLaLa Fest digelar, panitia seakan tak jua belajar dari kesalahan pengelolaan transportasi menuju lokasi. Pun shuttle bus yang disediakan LaLaLa Fest terjebak macet bersama kendaraan pribadi.

Masalah itu kian berat karena jarak antara pintu masuk festival ke panggung terbilang jauh, sekitar 2 kilometer.

"Kalau pas jalan dari gerbang ke panggung jauh tapi enggak terlalu cape karena turunan, tapi pas balik kan jadi nanjak, itu cape banget sih, parah," ujar Virdania Rahmanti (24), salah satu pengunjung LaLaLa Fest 2019 kepada CNNIndonesia.com melalu telepon, Jumat (27/12).

Tak hanya itu, Dania juga kecewa karena tata suara yang buruk untuk kapasitas panggung besar. Ketika menonton The Internet, misalnya, ia merasa seperti melihat penampilan musisi di kafe, tata suara sangat buruk.

Pengelolaan LaLaLa Fest 2019 tidak serapi promo yang ditampilkan di jagad maya. Virdania mengaku kapok dan tidak ingin datang ke LaLaLa Fest lagi, siapapun musisi yang tampil.

Runut Kutuk Pengelolaan Festival Musik Lokal yang BurukPengelolaan LaLaLa Fest 2019 tidak serapi promo yang ditampilkan di jagad maya. (CNN Indonesia/M Andika Putra)
Berselang beberapa bulan, tepatnya 23 November, giliran Lokatara Music Festival 2019 yang mendapat sorotan karena keburukan pengelolaan.

Begitu kacau, pada hari H bahkan mereka mengumumkan enam band batal tampil, yaitu Alextbh, Gus Dapperton, Great Good Fine Ok, Sophie Meiers, SALES dan The Drums.

Virdania juga menjadi salah satu korban pada Lokatara Music Festival 2019. Ia sudah membeli tiket jauh-jauh hari dengan harapan bisa menonton The Drums. Ia kesal setengah mati ketika mengetahui The Drums batal tampil.

Menurutnya, Lokatara Music Festival 2019 lebih parah ketimbang LaLaLa Fest 2019 karena informasi pembatalan datang pada hari H dan tidak ada informasi yang jelas mengenai pengembalian uang pembelian tiket (refund).

"Gua akhirnya dateng untuk nanya soal refund. Yang jaga di depan enggak tahu karena dia volunteer. Manas pas di lokasi harga tiket turun, enggak semahal yang gue beli di awal," kata Virdania.

Ia melanjutkan, "Info refund baru ada setelah acara, dan gua udah kirim formulir via email, tapi enggak ada konfirmasi kalau email udah diterima. Promo udah gimana banget, tahunya acara kacau."

[Gambas:Instagram]

Beberapa hari kemudian, 30 November, festival Musikologi juga menarik perhatian publik. Hujan membuat acara molor.

Penyelenggara sudah berkoordinasi dengan kepolisian terkait kemoloran acara, tapi ada oknum keamanan yang melakukan sabotase genset.

Begitu banyak masalah di balik sederet acara "gagal" ini yang seharusnya bisa ditelaah menjadi pembelajaran ke depan. Semoga di tahun yang akan datang, kutuk penyelenggaraan acara musik buruk ini bisa terputus. (adp/has)

Let's block ads! (Why?)



"lokal" - Google Berita
December 28, 2019 at 06:39PM
https://ift.tt/2ZGyXhT

Runut Kutuk Pengelolaan Festival Musik Lokal yang Buruk - CNN Indonesia
"lokal" - Google Berita
https://ift.tt/2nu5hFK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Runut Kutuk Pengelolaan Festival Musik Lokal yang Buruk - CNN Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.