TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Industri Persepedaan (AIPI) menyatakan produksi sepeda sepanjang Januari—Juli 2019 tumbuh sekitar 10 — 15 persen secara tahunan. Namun, derasnya arus sepeda impor dari Cina dinilai menjadi ancaman bagi industri sepeda nasional.
Ketua AIPI Rudiyono mengatakan momentum pertumbuhan bisnis akan terjaga hingga akhir tahun. Menurutnya, pertumbuhan tersebut didorong oleh pemanfaatan pelaku industri sepeda dalam perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat.
“Masih pasar tradisional [kebanyakan negara tujuan ekspor] sekitar 74 negara. Ada pemanfaatan perang dagang, tapi yang mengambil banyak [kesempatan] Vietnam,” katanya kepada Bisnis, Rabu 27 November 2019.
Rudi menyatakan belum lama ini ada pabrikan sepeda terbesar asal Cina yang ingin melakukan investasi di dalam negeri. Namun, realisasi investasi tersebut tak kunjung terjadi. “Ini hanya spekulasi saya saja, mungkin dia sudah [beralih] ke Vietnam.”
Dari pasar domestik, Rudi menilai penerimaan pasar terhadap sepeda lokal masih tinggi. Hal terebut disebabkan oleh desain pabrikan lokal yang tidak kalah dengan sepeda impor. Namun, harga sepeda lokal cenderung tidak kompetitif.
Rudi mengatakan harga sepeda yang diimpor dari Cina bisa lebih murah sekitar 30% dari sepeda lokal. Rudi pun menyatakan kualitas sepeda yang diimpor lebih rendah dari standar nasional Indonesia (SNI) wajib yang harus dimiliki sepeda yang beredar di dalam negeri.
Rudi menyatakan regulator dan pembina industri kurang serius dalam mengawasi produk impor di pasaran. Dia menduga hal tersebut disebabkan oleh adanya prioritas sektor lain yang lebih diperhatikan.
"lokal" - Google Berita
November 28, 2019 at 09:45AM
https://ift.tt/2OsMs0D
Sepeda Asal Cina Lebih Murah 30 Persen, Industri Lokal Was-was - Tempo
"lokal" - Google Berita
https://ift.tt/2nu5hFK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sepeda Asal Cina Lebih Murah 30 Persen, Industri Lokal Was-was - Tempo"
Post a Comment