Search

Transmisi Lokal Terus Bertambah, Pemprov Bertahan Tak Usulkan PSBB - Jawa Pos

DENPASAR, BALI EXPRESS – Penularan Covid-19 melalui transmisi lokal di Bali kian meningkat. Meskipun sampai saat ini kasus positif masih didominasi kalangan pekerja migran Indonesia (PMI) yang baru pulang dari luar negeri, tetapi transmisi lokal juga makin mengkhawatirkan.

Tingginya risiko penularan melalui transmisi lokal ditandai dengan catatan pada 28 April 2020 lalu. Dari 22 tambahan kasus saat itu, laporan tertinggi sejauh ini, sebanyak 13 di antaranya merupakan transmisi lokal.

Terkait pergerakan kasus transmisi lokal tersebut, tidak sedikit masukan yang muncul agar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diusulkan ke Pemerintah Pusat. Namun, sampai sejauh ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali masih tetap bertahan dengan pola pencegahan dan penanganan yang sudah jalan. Dengan kata lain, belum terpikirkan untuk mengajukan usulan PSBB.

Ini ditegaskan Sekda Provinsi Bali yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Bali, Dewa Made Indra, Rabu (29/4). Dia kembali menegaskan bahwa PSBB bukan satu-satunya cara untuk mencegah penyebaran Covid-19.

“Itu salah satu instrumen saja. Bila bisa menjalankan yang lebih efektif, alangkah baiknya,” tegasnya.

Dia kembali menguraikan sejumlah ketentuan untuk bisa mengajukan usulan PSBB ke Pemerintah Pusat. Salah satunya kajian yang matang di daerah, sehingga keputusannya tidak bisa ditetapkan secara sembarangan.

“Kewenangan penetapan PSBB juga berada di pusat setelah pemerintah daerah mengajukannya. Namun, kami harus lihat juga faktor-faktor lainnya seperti ketersediaan logistik dan tingkat penyebaran transmisi lokal,” imbuhnya.

Sampai sejauh ini, sambungnya, pertambahan kasus positif di Bali cenderung didominasi PMI. Saat ini, proses antisipasinya sudah diupayakan dengan maksimal di pintu masuk pulau Bali, khususnya Bandara Ngurah Rai yang menjadi akses utama masuknya para PMI dari luar negeri.

Sementara, bila melihat lonjakan kasus transmisi lokal pada 28 April 2020 lalu, dia mengatakan, itu lebih disebabkan pelaksanaan karantina mandiri yang tidak disiplin, sehingga menularkan ke orang lain.

“Dari 22 kasus penambahan, 13 di antaranya karena transmisi lokal. Ini yang kami kejar sekarang, terutama orang-orang yang pernah kontak dengan mereka. Untuk memutus rantai penyebaran melalui transmisi lokal,” tukasnya.

Diakuinya, lonjakan transmisi lokal yang tercatat pada 28 April 2020 tidak lepas dari proses pemeriksaan yang kurang maksimal. Ini terjadi sebelum 22 Maret 2020. Karena saat itu, ketersediaan rapid test masih sangat terbatas. Sehingga para PMI yang pulang sebelum 22 Maret 2020 diimbau untuk melakukan karantina mandiri.

“Memang awalnya karena keterbatasan alat dan rapid test kit. PMI yang pulang sebelum 22 Maret diimbau untuk karantina mandiri di rumah masing-masing. Akan tetapi, karena kurang disiplin melakukan karantina mandiri, Gubernur Bali sepakat dengan bupati/wali kota untuk bekerja sama menangani PMI,” imbuh Dewa Indra.

Saat ini, penanganan PMI yang baru tiba langsung di-screening dengan rapid test. Bagi mereka yang memiliki hasil tes positif di bandara, langsung ditangani Pemprov Bali untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Sedangkan bagi yang negatif, ditangani pemerintah kabupaten/kota untuk dikarantina.

Menurutnya, selama masa karantina oleh kabupaten/kota juga dilanjutkan dengan tes lainnya seperti Swab. Jika terdapat kasus positif di antara mereka, akan ditangani Pemprov Bali.

“Kami mengembalikan para PMI ke keluarga dan masyarakatnya dalam kondisi yang benar-benar bersih dari virus ini,” imbuhnya seraya menjelaskan bahwa PMI yang tiba sebelum tanggal 22 Maret pun sudah menjalani rapid test.

Let's block ads! (Why?)



"lokal" - Google Berita
April 29, 2020 at 06:08PM
https://ift.tt/3aKzmn7

Transmisi Lokal Terus Bertambah, Pemprov Bertahan Tak Usulkan PSBB - Jawa Pos
"lokal" - Google Berita
https://ift.tt/2nu5hFK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Transmisi Lokal Terus Bertambah, Pemprov Bertahan Tak Usulkan PSBB - Jawa Pos"

Post a Comment

Powered by Blogger.