KONTAN.CO.ID - SURABAYA. Sebagai negara muslim terbesar di dunia, tentu Indonesia menjadi pasar potensial bagi produk syariah. Tak hanya bagi perusahaan besar saja tapi juga usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM.
Potensi bisnis ini dibaca dengan baik oleh kelompok tani dari Muslimat NU Jawa Timur. Kelompok ini memproduksi kopi khas dari lereng gunung Ringgit, Situbondo, Jawa Timur dengan label Leduger Coffee, di bawah kelolaan Muslimat Nahdlatul Ulama (MNU) Corporation.
Yayuk Wahyunengse Ketua Bidang Ekonomi Koperasi Muslimat Jawa Timur menilai, potensi pasar syariah untuk produk kopi saat cukup besar. Apalagi mulai banyak warga muslim Indonesia yang mengutamakan produk halal, baik secara produksi maupun penjualan.
"Apalagi kalau diikuti kebijakan pemerintah semua instansi harus ada kedai dan mengambil kopi dari petani daerah," katanya kepada KONTAN saat acara FESyar Indonesia di Grand City Surabaya Kamis (7/11).
Saat ini, pasokan biji kopi dari Leduger Coffee berasal dari sekitar 400 petani kopi di sekitar Gunung Ringgit. Dan para petani merupakan anggota Muslimat dan NU dibawah naungan Koperasi AN Nissa, MNU Corporation.
Kalau ditotal, luas lahan perkebunan kopi dari para petani tersebut mencapai 108 hektare. Dengan kemampuan sekali panen sekitar 10 ton per hektare. Untuk sementara masih jenis robusta karena yang jenis arabika masih proses tanam.
Ia mengklaim seluruh proses tanam kopi tersebut secara alami, alias tidak memakai bahan kimiawi. Begitu pula dalam proses jual beli yang memakai akad mudharabah sesuai prinsip syariah.
Selama berjalan dua tahun, kebanyakan produk Leduger Coffee di jual ke kedai-kedai kopi yang ada di Jawa Timur. Dan tidak tertutup kemungkinan mengarah pasar Jakarta. Yayuk klaim dalam sebulan pihaknya sanggup menjual 200 kg-300 kg kopi.
Kedepan ia menyebut ingin membuat standardisasi proses produksi kopi Leduger dari hulu ke hilir. Pasar online pun mulai akan disentuh Leduger Coffee.
Sedangkan Wahyudi Antony, Co Founder Arane Yogyakarta, produsen kain ecoprinting, justru mulai memanfaatkan pasar muslim setelah melihat banyak permintaan kain ecoprinting, seperti dedaunan melonjak saat menjelang Lebaran. "Sebelumnya tidak fokus di pasar muslim, tapi ada peluang," katanya.
Ia pun mulai mengoptimalkan pasar muslim di periode lainnya. Hasilnya, saban minggu kain ecoprinting hasil racikanya bisa terjual antara 30-40 potong dengan omzet mencapai Rp 60 juta sampai Rp 70 juta per bulan.
Yayuk maupun Wahyudi bakal mengoptimalkan pameran untuk ekspansi.
Editor: Markus Sumartomjon
Editor: Markus Sumartomjon
"lokal" - Google Berita
November 09, 2019 at 02:00PM
https://ift.tt/2CoGrLo
Pasar syariah kini mulai jadi incaran para UMKM lokal - Kontan
"lokal" - Google Berita
https://ift.tt/2nu5hFK
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pasar syariah kini mulai jadi incaran para UMKM lokal - Kontan"
Post a Comment